APLIKASI HUKUM TERMODINAMIKA KEDUA PADA MESIN PENDINGIN










APLIKASI HUKUM TERMODINAMIKA KEDUA PADA MESIN PENDINGIN

Oleh :

SAIDUN FIDDAROINI (18630084)

Menurut segi bahasa, Termodinamika terdiri dari dua suku kata yaitu “thermo” atau “thermal” yang berarti apapun yang berhubungan dengan panas dan “dinamika” yaitu yang berhubungan dengan pergerakan. Sehingga apabila kedua kata tersebut digabungkan, maksud termodinamika adalah cabang ilmu yang membahas mengenai hal-hal ataupun fenomena-fenomena yang berhubungan dengan energi yang berubah-ubah yang disebabkan adanya pengaliran panas atau usaha yang diberikan atau dilakukan.[1]

Banyak sekali alat-alat ataupun mesin-mesin di sekitar kita ataupun yang anda rasakana manfaatnya sampai saat ini yang menggunakan prinsip termodinamika. Salah satunya adalah mesin pendingan (AC)  yang berada di rumah kita. Pernahkah kalian berpikir bahwa, mengapa mesin pendingin dapat mengatur suhu ruangan menjadi lebih dingin dan membuat suhu yang berada di sekitar ruang pembuangan menjadi lebih hangat? Oleh sebab itu, kita akan membahas mengenai prinsip apa yang diterpakan oleh mesin pendingin atau AC yang berada di rumah kita.

Mesin pendingin atau AC menerapkan prinsip hukum termodinamika yang kedua. Menurut hukum termodinamika II tersebut, kita mengetahui bahwa tidak mungkin terdapat perpindahan secara spontan/irreversible ketika terjadi perpindahan kalor dari tempat bersuhu rendah atau lebih dingin menuju tempat bersuhu tinggi atau lebih panas. Sehingga perpindahan tersebut membutuhkan usaha atau energi. Umumnya, suatu kalor akan mengalami reaksi secara spontan/reversible ketika reaksi menuju kesetimbangan. Artinya, suatu kalor akan dipindahkan dari tempat bersuhu lebih tinggi dengan menggunakan bantuan energi ke tempat bersuhu lebih rendah. Sehingga terjadi kesetimbagan pada kedua tempat tersebut. Maka dapat disimpulkan, mesin pendingin (pada AC) merupakan mesin kalor dengan prinsip terbalik.[2]

Mesin pendingin melakukan sebuah kerja yang disimbolkan dengan (W) yang digunakan untuk memindahkan kalor dari ruangan atau dari tempat yang bersuhu lebih rendah yang disimbolkan dengan (QL) untuk membuang kalor ke luar atau ke tempat yang bersuhu lebih tinggi yang disimbolkan dengan (QH). Sehingga menurut hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa suatu energi tidak dapat   diciptakan atau dimusnahkan, maka jumlah dari kerja dengan kalor dari tempat yang bersuhu lebih rendah akan sama denga kalor yang berada pada suhu lebih tinggi (QL + W = QH).
Dalam mesin pendingin, terdapat istilah koefisien kerja (KK). Koefisien kerja adalah sutu tingkat keberhasilan dalam suatu mesin pendingin untuk melakukan perpindahan kalor atau energi dari tempat bersuhu lebih rendah ke tempat bersuhu lebih tinngi. Koefisien kerja dapat dihitung dengan perbandingan antara kalor yang berpindah dari tempat bersuhu lebih dingin menuju tempat bersuhu lebih tinggi (QL) dengan jumlah kerja (W) yang dilakukan. Sehingga dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut:


KK = QL / W                                         Persamaan 1
         
        Menurut hukum kekekalan energi (QL + W = QH), maka:


          W = QH – QL                                         Persamaan 2

        Menurut persamaan 2, maka persamaan 1 dapat ditulis dengan:


KK = (QL / QH – QL )                          Persamaan 3

        Ketika QL / QL = 1, maka persamaan 3 dapat ditulis dengan:


KK = (QL / QH ) – 1                               Persamaan 4
                

Dimana:
KK      : Koefisien Kerja
QL       : Kalor Pada Suhu Rendah
QH       : Kalor Pada Suhu Tinggi
W         : Usaha

Untuk mencari persentase tingkat koefisien kerja, maka hanya dikalikan dengan 100% sebagai berikut:

KK = [ (QL / QH ) – 1 ] X 100%                   Persamaan 5
                
           



[1] Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC
[2] Hamdi. 2016. Energi Terbarukan.  Jakarta: Pradana Media Group

Komentar

Archive

Formulir Kontak

Kirim